Langsung ke konten utama

Alhamdulillah, Telah Lounching Channel Telegram Majelis Ar-Raudhah Pusat

Alhamdulillah, Telah Lounching Channel Telegram Majelis Ar-Raudhah Pusat. Kamu perlu sering belajar kepada mendapatkan banyak pengetahuan. Disini mau berbagi kepada kalian yang suka beserta penjelasan terkini, semoga bisa menjadikan kamu mendapatkan pilihan unggul intern membaca share terbaru.
WartaIslami.com ~ TELAH HADIR CHANNEL TELEGRAM MAJELIS AR-RAUDHAH PUSAT
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَصَلَّى اللّٰهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ الْأُمِّيِّ وَآلِهِ الطَّاهِرِيْنَ وَصَحَابَتِهِ أَجْمَعِيْنَ
Alhamdulillah, kini telah hadir program kajian Islam ahlussunnah wal jama'ah menggunakan aplikasi Telegram bersama Sayyidil Habib Novel bin Muhammad Alaydrus (Pengasuh Majelis Ilmu atau Dzikir Ar-Raudhah Solo).
Dapatkan kajian Ilmu baik intern bentuk Tulisan, Suara atau Video di handphone sampeyan. Caranya gampang banget, silahkan download aplikasi "Telegram", kemudian ikuti atau join channel Majelis Ar-Raudhah Pusat di http://telegram.me/majelisarraudhah. Channel Telegram Majelis Ar-Raudhah Pusat ini diasuh atau di admin langsung oleh Al-Habib Novel bin Muhammad Alaydrus.
CARA DOWNLOAD APLIKASI TELEGRAM:
1. Pengguna Android, silahkan download aplikasi Telegram di sini: https://telegram.org/dl/android atau https://play.google.com/store/apps/details?id=org.telegram.messenger.
2. Pengguna Iphone/ IPad, silahkan download aplikasi Telegram di sini: https://telegram.org/dl/ios atau https://itunes.apple.com/app/telegram-messenger/id686449807.
3. Pengguna Windows Phone, silahkan download aplikasi Telegram di sini: https://telegram.org/dl/wp atau https://www.microsoft.com/id-id/store/apps/telegram-messenger/9wzdncrdzhs0.
4. Pengguna PC/ Laptop/ Mac/ Linux, silahkan download aplikasi Telegram di sini: https://telegram.org/dl/tdesktop atau https://desktop.telegram.org/.
5. Pengguna Web Version bisa mengakses di sini: https://telegram.org/dl/webogram atau https://web.telegram.org/#/login.
CARA GABUNG DI CHANNEL TELEGRAM MAJELIS AR-RAUDHAH PUSAT:
1. Setelah download aplikasi Telegram, silahkan instal atau buka aplikasinya, kemudian daftarkan nomer handphone Anda seperti pendaftaran "WhatsApp".
2. Setelah itu Anda bakal mendapatkan SMS verifikasi. Silahkan masukkan Kode SMS verifikasi yang diterima ke aplikasi "Telegram" (biasanya otomatis Kode dimasukkan oleh aplikasi).
3. Setelah itu masuk di aplikasi Telegram, silahkan klik, ikuti atau join channel Majelis Ar-Raudhah Pusat di http://telegram.me/majelisarraudhah.
Dengan bergabung di channel Telegram Majelis Ar-Raudhah Pusat, insya Allah sampeyan bakal mendapatkan kiriman tausiyah langsung dari Habib Novel bin Muhammad Alaydrus, bisa ngaji bareng bersama para jamaah Majelis Ar-Raudhah Solo dari seluruh Indonesia atau Dunia. Kapan lagi coba bisa ngaji tiap hari bersama Habib Novel Alaydrus? Makanya yuk gabung bersama channel Telegram Majelis Ar-Raudhah Pusat di http://telegram.me/majelisarraudhah. Insya Allah berkah, manfaat, nambah ilmu, atau ukhuwah.
Berikut contoh tausiyah yang dikirim di channel Telegram Majelis Ar-Raudhah Pusat:
========== awal kutipan ==========
MENGAPA DIANJURKAN BERTANYA
Habib 'Abdullah Bin 'Alwi Al-Haddad
Diterjemahkan oleh Habib Novel Bin Muhammad Alaydrus
Bertanya pada saat ada keperluan, sewaktu menghadapi persoalan atau beserta tujuan kepada memperluas ilmu jujur kebiasaan orang-orang saleh di mana saja di sepanjang masa. Jika ilmu itu jujur sesuatu yang wajib diketahui, maka mempelajarinya pun juga menjelma kewajiban. Adapun ilmu-ilmu tambahan, maka mempelajarinya merupakan suatu keutamaan.
Bertanya jujur kunci kepada memahami rahasia-rahasia ilmu atau menyingkap kegaiban yang tersimpan di intern hati. Sebagaimana harta benda di rumah yang tiada bisa diambil kecuali beserta kunci, demikian pula ilmu kaum ulama atau ‘ârifîn, tiada bakal dapat dipelajari ataupun diambil manfaatnya, kecuali beserta mengajukan pertanyaan beserta jujur, beserta keinginan yang kuat serta beserta adab yang baik.
Allâh Ta‘âlâ memerintahkan kita kepada bertanya:
فَسْئَلِ الَّذِيْنَ يَقْرَؤُوْنَ الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكَ
“Maka tanyakanlah kepada orang-orang yang membaca kitab sebelum kamu” (QS Yûnus, 10: 94)
فَسْئَلُوْا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لاَ تَعْلَمُوْنَ (لا) بِالْبَيِّنَاتِ وَ الزُّبُرِ
“Maka bertanyalah kepada orang-orang yang mengantongi pengetahuan jika kamu tiada mengenal, beserta keterangan keterangan (mu’jizat) atau kitab-kitab.” (QS An-Nahl, 16: 43-44)
Rasûlullâh shallallâhu 'alahi wa sallam bersabda:
حُسْنُ السُّؤَالِ نِصْفُ الْعِلْمِ
“Pertanyaan yang baik jujur setengah dari ilmu.” (HR Thabarânî dari Ibnu ‘Umar)
Tujuan para imam memamerkan kedalaman ilmu mereka jujur agar mereka ditanya atau diminta ilmunya. Sebagaimana yang dilakukan oleh Sayyidinâ ‘Alî karromallahu wajhah, Ibnu Mas‘ûd, Ibnu ‘Abbâs, Ibnu ‘Umar, Abû Hurairah atau para salaf maupun khalaf radhiyallôhu ‘anhum. Beberapa ulama, diantaranya ‘Urwah bin Zubair, Hasan al-Bashrî, atau Qatâdah benar-benar menganjurkan masyarakat kepada bertanya. Sufyân Ats-Tsaurî jika memasuki suatu daerah atau tiada ada seorang pendudukpun yang bertanya perihal ilmu, ia berkata, “Di kota ini ilmu telah mati.” Ia lalu segera meninggalkan daerah itu.
Suatu ketika Asy-Syiblî rahimahullah membuka majelisnya, namun tiada seorangpun mengajukan pertanyaan, beliau kemudian membacakan wahyu Allâh Ta‘âlâ :
وَ وَقَعَ الْقَوْلُ عَلَيْهِمْ بِمَا ظَلَمُوْا فَهُمْ لاَ يَنْطِقُوْنَ
Dan jatuhlah perkataan (azab) buat mereka disebabkan kezaliman mereka, maka mereka tiada dapat berkata (apa pun) (QS An-Naml, 27: 85)
Seorang yang alim kadang-kala bertanya kepada mereka yang hadir di intern majelisnya beserta maksud agar yang lain dapat memungut manfaat dari pertanyaan itu atau kepada menyelidiki seberapa intern pengetahuan mereka.
Dalam sebuah hadits sahih diriwayatkan bahwa ketika Rasûlullâh shallallâhu 'alahi wa sallam berada di rumpang para sahabatnya, beliau menguji mereka beserta pertanyaan perihal sebuah pohon yang daunnya tiada rontok. Pohon itu mencerminkan kepribadian seorang mukmin. Para sahabat tiada ada yang mampu bereaksi. Kemudian Rasûlullâh shallallâhu 'alahi wa sallam memberitahukan jawabannya, yaitu pohon kurma. Ibnu ‘Umar, yang berada di tengah-tengah mereka sudah mengenal jawabannya, tetapi diam saja. Ia kemudian memberitahukan kejadian itu kepada ayahnya. Ternyata sikap diamnya itu dicela oleh ayahnya.
Sayyidinâ ‘Umar radhiyallahu ‘anhu sering bertanya kepada orang yang duduk bersamanya. Jika pertanyaannya dijawab beserta kalimat wallahu a’lam (Allâh Lebih Mengetahui), beliau radhiyallahu ‘anhu marah, “Aku tiada bertanya kepadamu perihal ilmu Allâh, tetapi ilmumu. Jawablah beserta kalimat: ‘aku tahu’, atau ‘aku tiada tahu’.”
Seorang alim kadang-kala bertanya kepada salah seorang yang duduk bersamanya perihal sesuatu yang diketahuinya beserta tujuan agar yang lain memperoleh manfaat. Contohnya jujur pertanyaan Jibrîl ‘alaihis salâm kepada Nabi shallallâhu 'alahi wa sallam di depan para sahabat mengenai Islam, Iman atau Ihsan.
Berkat rahasia Allâh yang tersembunyi, orang-orang yang dianugerahi ilmu, acapkali mendapat penghormatan melebihi orang-orang yang kian mulia. Sehingga orang yang kian mulia terpaksa datang kepada bertanya kepadanya, sebagaimana yang dilakukan Khalifah ‘Umar ketika mendatangi Hudzaifah kepada bertanya perihal fitnah atau tanda-tanda kemunafikan.
Seorang yang alim kadang-kala bertanya kepada orang-orang yang mengantongi pengetahuan setingkat atau hampir setingkat mengenai AlQurân atau Sunnah beserta maksud kepada mengenal apakah pendapatnya sesuai beserta pendapat mereka, jadi jawaban itu bakal memperkuat pemahamannya. Sebagaimana pertanyaan Sayyidinâ ‘Umar radhiyallahu ‘anhu kepada para sahabatnya mengenai pemahaman mereka perihal surat An-Nashr. Saat itu, tiada seorang sahabatpun kecuali Ibnu ‘Abbâs, mampu memberikan jawaban yang sesuai beserta pendapat Sayyidinâ ‘Umar. Hal seperti ini sering dilakukan oleh ulama-ulama besar dahulu atau yang datang kemudian. Adapun pertanyaan Sayyidinâ ‘Umar kepada Sayyidinâ ‘Alî tiada lain kepada memungut manfaat dari beliau. Sebab beliau memperoleh kehormatan bagai pintu kota ilmu Rasûlullâh saw, suatu kekhususan yang tiada bisa ditandingi oleh sahabat-sahabat lain.
Anjuran Rasûlullâh kepada para sahabatnya kepada tiada memperbanyak pertanyaan, meskipun bersifat umum, jujur khusus kepada pertanyaan-pertanyaan perihal hukum (ahkâm), ketentuan-ketentuan Allâh (hudûd) atau perihal kemanusiaan (ahwâlun nâs). Larangan ini jujur salah satu wujud kasih sayang beliau shallallâhu 'alahi wa sallam kepada umatnya agar mereka tiada dibebani beserta kewajiban yang tiada mampu mereka pikul.
Allâh Ta‘âlâ mewahyukan :
يَآ أَيُّهَا الَذِيْنَ آمَنُوْا لاَ تَسْئَلُوْا عَنْ أَشْيَآءَ إِنْ تُبْدَ لَكُمْ تَسُؤْكُمْ وَ إِنْ تَسْئَلُوْا عَنْهَا حِيْنَ يُنَزَّلُ الْقُرْآنُ تُبْدَ لَكُمْ عَفَا اللهُ عَنْهَا وَ اللهُ غَفُوْرٌ حَلِيْمٌ. قَدْ سَأَلَهَا قَوْمٌ مِّنْ قَبْلِكُمْ ثُمَّ أَصْبَحُوْا بِهَا كَافِرِيْنَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian menanyakan (kepada nabi kalian) hal-hal yang jika diterangkan kepada kalian niscaya bakal menyusahkan kalian atau jika kalian menanyakan di waktu Qurân sedang diturunkan niscaya bakal diterangkan kepada kalian. Allâh memaafkan (kalian) perihal hal-hal itu. Allâh Maha Pengampun lagi Maha Penyantun. Sesungguhnya telah ada segolongan manusia sebelum kalian menanyakan hal-hal serupa itu (kepada nabi mereka) kemudian mereka tiada percaya kepadanya.”
(QS Al-Mâidah, 5:101-102)
Rasûlullâh shallallâhu 'alahi wa sallam bersabda :
إِنَّ اللهَ فَرَضَ فَرَائِضَ فَلاَ تُضَيِّعُوْهَا وَ حَدَّ حُدُوْدًا فَلاَ تَعْتَدُوْهَا وَحَرَّمَ أَشْيَآءَ فَلاَ تَنْتَهِكُوْهَا وَسَكَتَ عَنْ أَشْيَآءَ رَحْمَةً لَكُمْ غَيْرَ نِسْيَانٍ فَلاَ تَبْحَثُوْا عَنْهَا
“Sesungguhnya Allâh telah menetapkan berbagai kewajiban maka janganlah kalian mengabaikannya atau menetapkan batasan-batasan, janganlah kalian melanggarnya atau Allâh diam buat berbagai hal bagai rahmat alokasi kalian, bukan karena lupa, maka janganlah kalian mencari-carinya.”
(HR Sunan Dâruqutnî dari Abî Tsa’labah)
Beliau juga berkata :
إِنَّمَا أَهْلَكَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ كَثْرَةُ مَسَآئِلِهِمْ وَ اخْتِلاَفُهُمْ عَلَى أَنْبِيَآئِهِمْ
“Sesungguhnya yang menghancurkan umat-umat sebelum kalian jujur banyaknya pertanyaan yang mereka ajukan atau penentangan yang mereka lakukan terhadap para nabinya.” (HR Muslim)
Seorang cowok-cowok bertanya kepada Rasûlullâh saw, “Apakah haji wajib dikerjakan tiap tahun?” Beliau diam. Ketika si penanya mengulang-ulang pertanyaannya, beliau berkata, “Hanya wajib sekali seumur hidup, seandainya kukatakan: ya, tentu hukumnya bakal menjelma wajib dikerjakan setiap tahun, atau kalian tiada bakal mampu melaksanakannya.”
Di balik persoalan yang sungguh-sungguh ini tersimpan sebuah rahasia mulia yang tiada benar kepada disebutkan di intern buku ini, maka carilah rahasia itu beserta bersandar pada wahyu Allâh Ta‘âlâ :
مَنْ يُّطِعِ الرَّسُوْلَ فَقَدْ أَطَاعَ اللهَ
Barang siapa mentaati rasul, sesungguhnya ia telah mentaati Allâh. (QS An Nisâ`, 4:80)
إِنَّ الَّذِيْنَ يُبَايِعُوْنَكَ إِنَّمَا يُبَايِعُوْنَ اللهَ
Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepadamu sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allâh. (QS Al-Fath, 48:10)
Seorang murîd atau pelajar ketika bertanya kepada Syeikh atau gurunya hendaknya tiada berniat lain kecuali kepada menuntut ilmu. Berhati-hatilah, jangan sampai pertanyaan diajukan kepada menguji, karena murîd seperti ini tiada bakal pernah mencapai tujuannya atau bakal merugi.
Seorang Syeikh atau seorang alim, ketika ditanya oleh para murîd-nya mengenai suatu persoalan yang berbahaya kepada diketahui atau persoalan yang pemahaman mereka belum sampai ketingkatan itu, maka hendaknya ia menjelaskan bahwa mereka belum waktunya kepada menampung jawaban alokasi persoalan itu. Tentunya sesudah ia yakin, bahwa ucapannya tersebut tiada bakal meluluhkan hati mereka, membahayakan agama mereka atau tiada bakal memalingkan mereka dari menuntut ilmu. Jika tiada demikian, maka sang syeikh perlu berusaha menyesuaikan jawabannya sebatas ilmu atau pemahaman para murîd-nya. Jika ia enggan, janganlah kemudian berkata sebagaimana perkataan sebagian ahli hakikat :
عَلَيَّ نَحْتُ الْقَوَافِيْ مِنْ مَعَادِنِهَا وَ مَا عَلَيَّ إِذَا لَمْ تَفْهَمِ الْبَقَرُ
Kewajibanku hanyalah menyusun
bait-bait syair dari sumbernya
Dan bukan tanggung jawabku
jika sapi tak mampu memahaminya
Ungkapan ini hanya berlaku pada keadaan atau tempat yang khusus. Seorang syeikh atau seorang alim itu bagaikan seorang ayah yang penuh kasih sayang atau pengasuh yang santun. Dalam berbicara atau bergaul, ia selalu menebarkan kemaslahatan atau manfaat.
Bertanya beserta tujuan menguji diijinkan intern dua keadaan tertentu, yaitu:
Pertama
Bagi seorang alim yang suka memberikan nasihat atau mengantongi rasa kasih sayang. Dia boleh bertanya kepada menguji beserta maksud menasehati seseorang yang telah dikuasai oleh rasa bangga diri yang dapat merintanginya kepada menuntut ilmu atau membuatnya enggan keunggulan orang-orang yang telah diakui kemuliaannya. Dengan nasehat itu diharapkan ia dapat menyadari kesalahannya. Nasehat ini bakal kian mengena jika tiada diberikan di depan umum.
Kedua
Bagi seorang alim, ketika melihat seorang munafik yang pandai berbicara. Jika ia khawatir, bahwa si munafik bakal menyesatkan orang-orang yang lemah imannya beserta mengajarkan hal-hal yang menyalahi tuntunan agama, maka ia boleh bertanya di hadapan mereka kepada menguji, yaitu kepada menunjukkan kesalahan atau kebodohan si munafik, beserta niat kepada memberi nasehat atau memperingatkan ia bakal aib-aibnya sambil berharap agar ia sadar kembali atau tunduk kepada Allâh. Inilah yang dilakukan para ulama radhiyallahu ‘anhum di intern perdebatan mereka beserta ahli bid‘ah, orang yang menyeleweng atau suka memutar-balikkan fakta.
Seorang alim tiada boleh berdiam jika ditanya perihal ilmu yang wajib ia ajarkan. Sebagaimana sabda Rasûlullâh shallallâhu 'alahi wa sallam :
مَنْ سُئِلَ عَنْ عِلْمٍ فَكَتَمَهُ أَلْجَمَهُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِلِجَامٍ مِنْ نَارٍ
Barang siapa ditanya perihal suatu ilmu kemudian ia menyembunyikannya, maka kelak di hari kiamat Allâh bakal mengikatkan tali kekang yang terbuat dari obor (di kepalanya). (HR Ahmad atau Abû Dawud)
Ulama zaman saat ini hendaknya tiada menyembunyikan ilmu, jadi orang yang memiliki persoalan terpaksa perlu selalu datang kepada mereka. Masyarakat zaman kini telah meremehkan urusan agama, perhatian mereka benar-benar kecil terhadap ilmu atau hal-hal yang bermanfaat alokasi kehidupan akhirat. Bahkan orang yang janggutnya telah berubanpun belum mengenal syarat-syarat wajib bersuci (thahârah) atau shalat. Dia juga belum mempelajari ilmu keimananiman kepada Allâh, para malaikatNya, kitab-kitabNya, para rasulNya atau hari akhiryang sesungguhnya wajib ia ketahui. Perilaku mereka cenderung pada kejahilan. Jika mereka berakal tentu bakal bertanya kepada ulama.
Seorang murîd yang hendak mendekatkan diri kepada Allâh, yang berkeinginan kepada mengenal Allâh atau yang ingin berpaling dari segala sesuatu yang dapat merintangi perjalanannya menuju Allâh, hendaknya tiada menanyakan hal-hal yang berhubungan beserta ilmu kecuali bila menyangkut persoalan pribadi yang amat mendesak. Namun di zaman yang penuh berkah ini, murîd semacam ini kian sulit ditemukan daripada binatang yang berkepala burung atau bertubuh singa serta ia kian langka daripada kibrîtul ahmar.
Setiap orang hendaknya banyak bertanya kepada memperoleh manfaat atau tambahan ilmu. Sebab, seorang mukmin tiada bakal pernah merasa puas berbuat kebaikan. Dalam sebuah hadits disebutkan :
مَنْهُوْمَانِ لاَ يَشْبَعَانِ: مَنْهُوْمُ الْعِلْمِ وَ مَنْهُوْمُ الْمَالِ
(Ada) dua orang rakus yang tiada pernah puas (kenyang), orang yang rakus ilmu atau orang yang rakus harta. (HR Thabarânî dari Ibnu Mas‘ûd)
Sebelum membaktikan diri kepada Allâh, Dâwûd Ath-Thô`î rahimahullah bergaul beserta ulama. Ia menghadiri majelis Imam Abû Hanîfah selama kurang kian satu tahun. Suatu saat ia menghadapi suatu persoalan. Keinginannya kepada mengenal jawaban buat persoalan tersebut kian besar dari keinginan seseorang yang kehausan kepada meminum minuman segar. Namun ia tiada menanyakannya. Karena itulah aku katakan bahwa seorang murîd hendaknya tiada bertanya kecuali kepada persoalan-persoalan darurat.
✒ Majelis Ar-Raudhah Pusat (Habib Novel bin Muhammad Alaydrus)
📣 Telegram Channel: Telegram.me/majelisarraudhah
Untuk Bertanya atau Berkomentar silahkan PM atau Japri ke @habibnoval
========== akhir kutipan ==========
--------------
Info Broadcast Majelis Umat Islam
Ketik Nama atau Asal Daerah, kirim ke :
Pin BB : 5A0E4BD2
Whatsapp : +6281904546363
Radio.Umatislam.com
---------------
sebarkan ya...
Sumber: Ngaji Yuk

Source Article and Picture : www.wartaislami.com





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bacaan Sholawat Taisir dan Khasiatnya Yang Luar Biasa

Bacaan Sholawat Taisir serta Khasiatnya Yang Luar Biasa . Kamu perlu sering belajar kepada mendapatkan banyak pengetahuan. Disini mau berbagi kepada kalian yang suka pada penjelasan terkini, semoga bisa menjadikan kamu mendapatkan pilihan termulia internal membaca share terbaru.Sholawat Taisir lurus suatu sholawat yang bermanfaat serta berhasiat kepada mempermudah segala sesuatu yang sulit. Sesuai namanya, Taisir berarti meringankan. Selain mendapat pahala perincian pembacanya menyimpan juga keajaiban yang amat menakjubkan sekali baik disadari ataupun enggak disadari. Sholawat Taisir banyak digunakan seperti wasilah kepada membuka atau memecahkan segala sesuatu yang sulit-sulit atau rumit – rumit. Adapun kejaiban dari sholawat tersebut menyimpan aura yang amat hebat jadi dapat berfungsi kepada membuka kerudung yang amat sulit kepada ditembus. بِسْـــمِ للهِ الرَّحْمٰـنِ الـرَّحِـيْمِ اَللّٰـهُـمَّ صَلِّ عَـلٰى سَيِّـدِنَا مُحَمَّـدٍ وَعَـلٰى اٰلِ سَيِّــدِنَامُحَمَّدٍ ، صَـلَاةً تَفْـ

Amalan Mustajab ! Membaca Wirid Surat al-Fatihah Untuk Segala Hajat

Amalan Mustajab ! Membaca Wirid Surat al-Fatihah Untuk Segala Hajat . Kamu wajib sering belajar bakal mendapatkan banyak pengetahuan. Disini mau berbagi kepada kalian yang suka pada kabar terkini, semoga bisa menjadikan kamu mendapatkan pilihan unggul internal membaca share terbaru.Tidak diragukan lagi bahwa surat al-Fatihah mengantongi banyak sekali fadhilah, keistimewaan, manfaat serta khasiat yang luar biasa. Bukan hanyak bakal hajat kekayaan, tapi banyak hajat bisa kita mohonkan kepada Allah pada wasilah surat al-Fatihah ini. Karena itu kagak mengherankan jika banyak orang yang membaca wirid al-fatihah ini pada jumlah tertentu, 7 kali, 10 kali, 100 kali bahkan 1000 kali. Surah Al-Fatihah (الفاتحة , al-Fātihah, “Pembukaan”) sebanding surat pertama internal Kitab Suci Al Qur’an. Surah ini diturunkan di Mekah serta terdiri dari 7 ayat. Al-Fatihah merupakan surah yang pertama-tama diturunkan pada lengkap diantara surah-surah yang ada. Surah ini disebut Al-Fatihah (Pembukaan), karena pa

Amalan Doa Ayat 1000 Dinar Untuk Mendatangkan Rejeki Kilat

Amalan Doa Ayat 1000 Dinar Untuk Mendatangkan Rejeki Kilat . Kamu perlu sering belajar kepada mendapatkan banyak pengetahuan. Disini mau berbagi kepada kalian yang suka serta penerangan terkini, semoga bisa menjadikan kamu mendapatkan pilihan utama intern membaca share terbaru.Amalan Doa Ayat 1000 Dinar - Kali ini aku bakal berbagi amalan doa ayat 1000 dinar yang sudah bukan main masyhur serta populer di kalangan para spiritualis. Amalan serta ijazahnya di share oleh seorang kaskuser yang bernama Baginda Wizoon yang diperuntukkan porsi pembaca semua yang berkenan kepada mengamalkannya. Dan inilah yang ditulis oleh Baginda Wizaon. Amalan ini berbeda serta amalan doa 1001 Dinar ya. Amalan doa ini dinamakan serta nama Amalan Ayat 1000 Dinar, dikarenakan apabila seseorang mencoba mengamalkan Ayat 1000 Dinar ini serta kesungguhan hati serta serta penuh keyakinan yang serius maka si pengamal Amalan doa ayat 1000 dinar ini benar-benar bakal mendapatkan Rezki berupa pecahan Uang Dinar sebanyak