Syahid Opo Sangit. Kamu wajib sering belajar buat mendapatkan banyak pengetahuan. Disini mau berbagi kepada kalian yang suka serta penerangan terkini, semoga bisa menjadikan kamu mendapatkan pilihan unggul intern membaca share terbaru.Wartaislami.com ~ Setiap kali ada terduga teroris tewas, maka saat itu juga mau bertebaran berita di masyarakat yang menyebut korban mati syahid. Berbagai parameter dijadikan dasar opini, celah lain tersungging senyum di bibirnya, berkeringat, aroma wangi yang menyeruak, sampai burung merpati yang beterbangan di waktu pemakaman.
Saya teringat ketika masih tangkas melaksanakan liputan di lapangan pernah mewawancarai petugas kamar jenazah. Menjadi tugas mereka pada proses pemulasaran melakukan make up mayat oleh sebab itu nyata kian segar dipandang, serta menaburkan wewangian buat mengurangi aroma busuk. Jadi, jika ada jenazah yang nyata tersenyum atau menebarkan aroma wangi belum tentu si mayat mati intern kondisi syahid.
Definisi paling mudah buat syahid yaitu kematian yang datang pada saat membela agama Allah SWT. Umat Islam mengenal Hadis Riwayat at-Tirmidzi, Ibnu Majah, serta Ahmad yang menyebut ada 6 (enam) keistimewaan yang didapatkan orang-orang yang mati syahid, yaitu diampuni dosanya sejak menginjak pertama darahnya mengucur keluar, melihat tempatnya di intern surga, dilindungi dari azab kubur, terjamin keamanannya dari malapetaka besar, merasakan kemanisan iman, dikawinkan serta bidadari, serta diperkenankan memberikan syafaat perincian 70 orang kerabatnya.
Melihat seluruh keistimewaan buat orang yang mati syahid, aku berpendapat itu yaitu hak prerogatif Tuhan buat memberikannya, serta terlalu berani jika ada manusia yang menilainya. Artinya, syahid atau kagak kematian seseorang yaitu dekrit Tuhan.
Sangit
Saya teringat serta guyonan yang ada di masyarakat, khususnya di Jawa, ketika ada seseorang yang ramai dikabarkan mati syahid, yaitu "mati syahid opo sangit?" (mati syahid apa sangit?). Saya kagak mau mengulas lagi definisi syahid buat menjelaskan kalimat guyonan tersebut. Lalu, bagaimana serta makna sangit?
Sangit yaitu salah satu kata intern bahasa Jawa yang berarti aroma yang ditimbulkan akibat kebakaran. Tidak ditemukan kata sangit intern bahasa Indonesia, namun terdapat istilah Walang Sangit yang bisa didefinisikan, yaitu jenis belalang yang selaku hama intern pertanian padi. Wikipedia menjelaskan, Walang Sangit bekerja menghisap cairan tanaman dari tangkai bunga (paniculae) serta juga cairan buah padi yang masih pada tahap masak susu oleh sebab itu menyebabkan tanaman kekurangan hara serta menguning (klorosis), serta perlahan-lahan melemah.
Melihat definisi sangit intern konteks Walang Sangit, tentu bukan sebuah sifat positif. Walang Sangit yaitu hama yang menyerang tanaman padi oleh sebab itu mengakibatkan kematian yang bisa berujung gagal panen serta kerugian.
Tidak ada korelasi apapun celah syahid serta sangit. Tapi guyonan di masyarakat (Jawa) itu setidaknya selaku gambaran bagaimana seseorang bisa dikategorikan mati syahid apa sangit. Terlepas bahwa penentuan syahid yaitu hak prerogatif Tuhan, setidaknya bisa diketahui jika seseorang yang selama hidupnya berbuat kebaikan maka layak diganjar kematian syahid. Sebaliknya, jika kehidupan seseorang selalu diisi serta perbuatan jahat, bahkan kematian datang ketika masih melakukan kejahatan, maka tak salah jika muncul anggapan ia mati sangit.
Jika guyonan "syahid opo sangit" ini kita terapkan pada kasus kematian terduga teroris, perlu kita lihat terlebih dahulu bagaimana korban semasa hidupnya. Yang terbaru misalnya, Santoso, ia dikenal bagaikan pimpinan Mujahidin Indonesia Timur (MIT), kelompok yang sudah menyatakan berafiliasi serta Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Catatan di kepolisian menunjukkan Santoso mengantongi riwayat kejahatan yang kagak kecil, celah lain penembakan di salah satu bank di Palu, Sulawesi Tengah, pembunuhan terhadap sebagian unsur kepolisian, peledakan bom di markas kepolisian, serta pembunuhan warga sipil di sejumlah desa di Sulawesi Tengah.
Sekali lagi, kita tanggalkan dulu penentuan status syahid yaitu hak prerogatif Tuhan, pantaskah serta catatan kejahatan tersebut terduga teroris (Santoso) disebut mati syahid? Jika ada yang menyebut Santoso tengah berjuang di jalan Tuhan, agama apa yang membenarkan seorang penganutnya melakukan pembunuhan?
Kita semua tentu sepakat, Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, Konghuchu, serta atau aliran agama apapun, sama sekali kagak mengajarkan pembunuhan bisa dilakukan bagaikan pembenaran pada sebuah tindakan.
Glorifikasi
Indonesia sudah mengadopsi dekrit Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) yang menyebut terorisme yaitu extraordinary crime. Dibutuhkan sebuah penanganan khusus buat kejahatan tersebut. Dewan Pers juga sudah menetapkan hal serupa serta menerbitkan Pedoman Peliputan Terorisme, rambu-rambu perincian pelaku Jurnalistik intern melaksanakan peliputan isu-isu terorisme.
Salah satu poin intern Pedoman Peliputan Terorisme yaitu larangan melakukan glorifikasi, yaitu mengagung-agungkan sosok terduga pelaku terorisme serta tujuan mencegah masyarakat pembaca berita mengantongi opini positif kejahatan tersebut serta melakukannya di kesempatan lainnya.
Membuat serta menyebarluaskan kabar kematian terduga teroris syahid serta segala parameternya yaitu bagian dari glorifikasi. Semua Jurnalis wajib sadar serta menghindarinya, selama masyarakat pembaca sudah semestinya terliterasi oleh sebab itu menghindari mem-viral kabar dimaksud di media sosial.
*) Samsul Hadi yaitu Koordinator Bidang Media Massa, Hubungan Masyarakat, serta Sosialisasi Sub Direktorat Kewaspadaan Direktorat Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).
(Detic.com/Abdul Wahab)

Source Article and Picture : www.wartaislami.com
Saya teringat ketika masih tangkas melaksanakan liputan di lapangan pernah mewawancarai petugas kamar jenazah. Menjadi tugas mereka pada proses pemulasaran melakukan make up mayat oleh sebab itu nyata kian segar dipandang, serta menaburkan wewangian buat mengurangi aroma busuk. Jadi, jika ada jenazah yang nyata tersenyum atau menebarkan aroma wangi belum tentu si mayat mati intern kondisi syahid.
Definisi paling mudah buat syahid yaitu kematian yang datang pada saat membela agama Allah SWT. Umat Islam mengenal Hadis Riwayat at-Tirmidzi, Ibnu Majah, serta Ahmad yang menyebut ada 6 (enam) keistimewaan yang didapatkan orang-orang yang mati syahid, yaitu diampuni dosanya sejak menginjak pertama darahnya mengucur keluar, melihat tempatnya di intern surga, dilindungi dari azab kubur, terjamin keamanannya dari malapetaka besar, merasakan kemanisan iman, dikawinkan serta bidadari, serta diperkenankan memberikan syafaat perincian 70 orang kerabatnya.
Melihat seluruh keistimewaan buat orang yang mati syahid, aku berpendapat itu yaitu hak prerogatif Tuhan buat memberikannya, serta terlalu berani jika ada manusia yang menilainya. Artinya, syahid atau kagak kematian seseorang yaitu dekrit Tuhan.
Sangit
Saya teringat serta guyonan yang ada di masyarakat, khususnya di Jawa, ketika ada seseorang yang ramai dikabarkan mati syahid, yaitu "mati syahid opo sangit?" (mati syahid apa sangit?). Saya kagak mau mengulas lagi definisi syahid buat menjelaskan kalimat guyonan tersebut. Lalu, bagaimana serta makna sangit?
Sangit yaitu salah satu kata intern bahasa Jawa yang berarti aroma yang ditimbulkan akibat kebakaran. Tidak ditemukan kata sangit intern bahasa Indonesia, namun terdapat istilah Walang Sangit yang bisa didefinisikan, yaitu jenis belalang yang selaku hama intern pertanian padi. Wikipedia menjelaskan, Walang Sangit bekerja menghisap cairan tanaman dari tangkai bunga (paniculae) serta juga cairan buah padi yang masih pada tahap masak susu oleh sebab itu menyebabkan tanaman kekurangan hara serta menguning (klorosis), serta perlahan-lahan melemah.
Melihat definisi sangit intern konteks Walang Sangit, tentu bukan sebuah sifat positif. Walang Sangit yaitu hama yang menyerang tanaman padi oleh sebab itu mengakibatkan kematian yang bisa berujung gagal panen serta kerugian.
Tidak ada korelasi apapun celah syahid serta sangit. Tapi guyonan di masyarakat (Jawa) itu setidaknya selaku gambaran bagaimana seseorang bisa dikategorikan mati syahid apa sangit. Terlepas bahwa penentuan syahid yaitu hak prerogatif Tuhan, setidaknya bisa diketahui jika seseorang yang selama hidupnya berbuat kebaikan maka layak diganjar kematian syahid. Sebaliknya, jika kehidupan seseorang selalu diisi serta perbuatan jahat, bahkan kematian datang ketika masih melakukan kejahatan, maka tak salah jika muncul anggapan ia mati sangit.
Jika guyonan "syahid opo sangit" ini kita terapkan pada kasus kematian terduga teroris, perlu kita lihat terlebih dahulu bagaimana korban semasa hidupnya. Yang terbaru misalnya, Santoso, ia dikenal bagaikan pimpinan Mujahidin Indonesia Timur (MIT), kelompok yang sudah menyatakan berafiliasi serta Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Catatan di kepolisian menunjukkan Santoso mengantongi riwayat kejahatan yang kagak kecil, celah lain penembakan di salah satu bank di Palu, Sulawesi Tengah, pembunuhan terhadap sebagian unsur kepolisian, peledakan bom di markas kepolisian, serta pembunuhan warga sipil di sejumlah desa di Sulawesi Tengah.
Sekali lagi, kita tanggalkan dulu penentuan status syahid yaitu hak prerogatif Tuhan, pantaskah serta catatan kejahatan tersebut terduga teroris (Santoso) disebut mati syahid? Jika ada yang menyebut Santoso tengah berjuang di jalan Tuhan, agama apa yang membenarkan seorang penganutnya melakukan pembunuhan?
Kita semua tentu sepakat, Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, Konghuchu, serta atau aliran agama apapun, sama sekali kagak mengajarkan pembunuhan bisa dilakukan bagaikan pembenaran pada sebuah tindakan.
Glorifikasi
Indonesia sudah mengadopsi dekrit Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) yang menyebut terorisme yaitu extraordinary crime. Dibutuhkan sebuah penanganan khusus buat kejahatan tersebut. Dewan Pers juga sudah menetapkan hal serupa serta menerbitkan Pedoman Peliputan Terorisme, rambu-rambu perincian pelaku Jurnalistik intern melaksanakan peliputan isu-isu terorisme.
Salah satu poin intern Pedoman Peliputan Terorisme yaitu larangan melakukan glorifikasi, yaitu mengagung-agungkan sosok terduga pelaku terorisme serta tujuan mencegah masyarakat pembaca berita mengantongi opini positif kejahatan tersebut serta melakukannya di kesempatan lainnya.
Membuat serta menyebarluaskan kabar kematian terduga teroris syahid serta segala parameternya yaitu bagian dari glorifikasi. Semua Jurnalis wajib sadar serta menghindarinya, selama masyarakat pembaca sudah semestinya terliterasi oleh sebab itu menghindari mem-viral kabar dimaksud di media sosial.
*) Samsul Hadi yaitu Koordinator Bidang Media Massa, Hubungan Masyarakat, serta Sosialisasi Sub Direktorat Kewaspadaan Direktorat Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).
(Detic.com/Abdul Wahab)

Source Article and Picture : www.wartaislami.com
Komentar
Posting Komentar