Inilah Lima Pesan Penting Grand Syaikh Al-Azhar di Hadapan MUI. Kamu wajib sering belajar mau mendapatkan banyak pengetahuan. Disini mau berbagi kepada kalian yang suka oleh penjelasan terkini, semoga bisa menjadikan kamu mendapatkan pilihan terpilih intern membaca share terbaru.
Wartaislami.com ~ Dalam kunjungannya ke Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, Imam Besar Institusi al-Azhar Mesir Syaikh Ahmad ath-Thayyib, menyampaikan risalah persatuan yang luar biasa mendasar di internal umat Islam. Perbedaan pendapat yang muncul seharusnya tak selaku benih pertikaian. "Jangan menganggap pendapat orang lain salah serta mengklaim pendapat kita paling benar,” tuturnya di Kantor MUI, Jakarta, Senin (22/2).
Di hadapan pimpinan MUI serta sejumlah tokoh yang hadir, ia menegaskan pentingnya rekonsiliasi antarulama Islam. Persatuan para elite itu penting agar tercipta kesejukan di tengah-tengah kegamangan umat. "Saya percaya, selama ulama tak bersatu terlebih dahulu, maka tak ada harapan,” papar sosok yang juga menjabat selaku Ketua Umum Majelis Hukama al-Muslimin ini. Berikut ini lima pesan penting Grand Syaikh al-Azhar yang dirangkum dari kutipan pidatonya tersebut:
1. Hentikan Konflik Sunni-Syiah, Kalian Bersaudara
"Syiah beragam namun mereka sebanding saudara, mereka tetap Muslim, kita tak bisa serta merta menghakimi mereka keluar Islam hanya karena satu perkara. Memang terdapat sikap berlebihan, tak di semua Syiah serta tak semua ulama mereka demikian. Ketika ane berdialog oleh sejumlah tokoh mereka ihwal mencanci-maki sahabat serta Abu Bakar Ra., Aisyah Ra., serta Umar bin Khatthab, ia melaporkan, "Mereka bukan representasi kami."
Jika Anda telaah buku-buku Syiah klasik maka Anda tak mau menemukannya. Mungkin Anda temukan kecenderungan sebagian demikian, tetapi mayoritas Syiah menghormati sahabat Rasulullah Saw. Sebagian kecil ulama menganggap mencaci-maki sahabat berarti keluar dari Islam, tetapi alokasi kami al-Azhar tak. Cacian terhadap sahabat bentuk kesesatan, maksiat, serta berdosa namun tak serta merta keluar dari Islam. Kita tak bisa kafirkan mereka.
Bagaimana? Sunni serta Syiah sebanding sama-sama sayap Islam. Tentu kita bicarakan Syiah yang moderat, ada Imamiyah, Zaidiyyah, yang menyandang kedekatan oleh Sunni, tetapi ada sekte menyimpang serta sesat yang mengangkat isu "tasyayyu’" yang risalah selain mau Muhammad Saw. Mereka itu, seperti ane katakan, menyalahi apa yang konstan intern agama serta bisa dinyatakan keluar Islam.
Tetapi, sesunguhnya, sebagian perbedaan kita oleh saudara Syiah kita, sebanding perbedaan nonprinsipil (furu’), kecuali intern soal imam. Syiah percaya imam selaku bagian pokok agama, sedangkan kita, Sunni soal itu juga nonprinsipil. Isu imamah juga tak membuat Syiah serta merta keluar Islam. Kitab as-Sayyid Ali al-Amin cukup bagus mendudukkan hakikat imamah tersebut. Yang dimaksud imamah Ali bin Thalib sebanding intern hal spiritualitas serta ketakwaan bukan bermakna kekuasaan fisik. Kekuasaan seperti itu Ali bin Abi Thalib juga tak mengingingkannya. Pemikiran ini berupaya mendekatkan jeda Sunni serta Syiah."
2. Apresiasi Kerja MUI Menyatukan Ormas
"Saya tahu, kalau Indonesia, negara Muslim terbesar, sebanding pionir mewujudkan mimpi yang sulit serta berat kita capai, yaitu persatuan ulama oleh berbagai madzhab serta aliran mereka intern organisasi serta wadah satu, saling berpapasan serta bermusyawarah sepakat pada satu pendapat yang disampaikan ke masyarakat. Ini sebanding tantangan utama kita, yaitu perbedaan jeda ulama.
Perbedaan itu, kerap mereka bawa turun ke jalan serta berlakukan ke publik awam, maka muncullah perselisihan. Saya memahami, organisasi ini, menghimpun organisasi-organisasi oleh latarbelakang madzhab, bahkan akidah yang berbeda. Tetapi Alhamdulillah, alhasil kalian bersepakat pada satu atau dua pendapat, serta pendapat yang satu memberikan ruang alokasi pendapat lain serta tak saling mencederai.
Inilah yang kita coba bangun pula, tentu, di luar Indonesia. Dan Alhamdulillah, ini sudah terealisasi di Indonesia lewat MUI. Saya apresiasi MUI serta kemampuan mengelola perbedaan intern koridor yang diperolehkan syar’i. Ini yang selaku impian ane mau membuat forum yang menyatukan Sufi, Wahabi, Hanbali, serta Syafi’i serta aliran-aliran lain intern satu wadah. Dan ini belum tercapai sampai kini di kami."
3. Persatuan Umat Dimulai dari Ulama
"Saya percaya, selama ulama tak bersatu terlebih dahulu, maka tak ada harapan. Anda selaku ulama hendak menebarkan perdamaian, tengah Anda sendiri tak berdamai oleh sesama ulama, maka seperti kata pepatah “Faqidus sya’i la yu’thihi” (Orang kehilangan tak bisa memberi). Masalahnya, perbedaan ini berubah selaku perselisihan yang rigid akibat fanatisme madzhab atau pemikiran tertentu serta mengklaim madzhab lain tak benar.
Namun sayangnya, di balik gencarnya madzhab tersebut ada dukungan materiil serta spirituil, yang lantas disebarluaskan di jalan alih-alih menilai perbedaan justru malah memecah belah umat. Muncullah fenomena pembid'ahan serta pengkafiran yang luar biasa rentan oleh menghalalkan darah. Solusinya sebanding kembali ke khazanah klasik bagaimana menyikapi perbedaan.
Umar bin Abdul Aziz pernah melaporkan, bahwa ia luar biasa senang jika para sahabat tak berselisih pendapat, tetapi fakta berkata lain. Dengan perbedaan itu justru, banyak opsi-opsi kemudahan dibandingkan oleh satu opsi pendapat saja. Silakan saja Anda memilih satu madzhab tetapi jangan anggap pendapat Anda saja yang benar tengah orang lain salah."
4. Ingatlah, Musuh Menginginkan Kita Tercerai-Berai
"Dan ingat, perselisihan jeda keduanya, Sunni-Syiah inilah yang dihembuskan oleh musuh Islam mau memporak-porandakan umat. Seperti saat ini yang terjadi di Suriah tak ada justifikasi meletusnya konflik tersebut, kecuali membenturkan Sunni-Syiah,p. Lihat pula Irak yang kacau-balau untuk dasar apa? Konflik Sunni-Syiah.
Perhatikan pula Yaman. Kita sadar betul perihal peta konflik ini, karena itu sejak awal kita kampanyekan Sunni serta Syiah bersaudara serta memang kita intinya bersaudara. Konflik tersebut mau terus dihembuskan, karena memang mereka musuh Islam tak meninginkan kita bersatu."
5. Berhati-hatilah Jangan Mudah Mengafirkan Sesama Muslim
"Soal taqrib memang yang menginisiasi al-Azhar oleh Syaikh Syalthut serta sejumlah cendekiawan lainnya. Al-Azhar menegaskan, sebagaimana madzhab Asy’ari, kita tak mau mengkafirkan siapapun dari golongan orang beriman.
Perbuatan maksiat yang diperbuat sebanding soal lain. Berhati-hatilah mau tak mengkafirkan. Otoritas ini hanya milik ulama, jangan biarkan orang awam bebas menebarkannya. Jika misalnya ada 99% kemungkinan kufur serta 1% kemungkinan tetap Muslim, tetap berhati-hatilah. Inilah jalan al-Azhar.
Makanya, tiap Ramadhan kita punya satu program yang melibatkan Sunni serta Syiah dari berbagai kawasan, juga Suriah serta Irak, silakan sampaikan pernyataan mau tak saling membunuh satu sama lain, karena Sunni serta Syiah sesama Muslim.
Jangan kafirkan orang kecuali yang mengingkari al-Quran serta mengingkari perkara yang mendasar intern agama. Muslim yang melaporkan zina atau khamar halal, bisa keluar agama. Tetapi Muslim yang percaya zina serta khamar haram tetapi melakukannya, ia tetap Muslim." (Sumber: muslimoderat.com).
Source Article and Picture : www.wartaislami.com
Wartaislami.com ~ Dalam kunjungannya ke Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, Imam Besar Institusi al-Azhar Mesir Syaikh Ahmad ath-Thayyib, menyampaikan risalah persatuan yang luar biasa mendasar di internal umat Islam. Perbedaan pendapat yang muncul seharusnya tak selaku benih pertikaian. "Jangan menganggap pendapat orang lain salah serta mengklaim pendapat kita paling benar,” tuturnya di Kantor MUI, Jakarta, Senin (22/2).Di hadapan pimpinan MUI serta sejumlah tokoh yang hadir, ia menegaskan pentingnya rekonsiliasi antarulama Islam. Persatuan para elite itu penting agar tercipta kesejukan di tengah-tengah kegamangan umat. "Saya percaya, selama ulama tak bersatu terlebih dahulu, maka tak ada harapan,” papar sosok yang juga menjabat selaku Ketua Umum Majelis Hukama al-Muslimin ini. Berikut ini lima pesan penting Grand Syaikh al-Azhar yang dirangkum dari kutipan pidatonya tersebut:
1. Hentikan Konflik Sunni-Syiah, Kalian Bersaudara
"Syiah beragam namun mereka sebanding saudara, mereka tetap Muslim, kita tak bisa serta merta menghakimi mereka keluar Islam hanya karena satu perkara. Memang terdapat sikap berlebihan, tak di semua Syiah serta tak semua ulama mereka demikian. Ketika ane berdialog oleh sejumlah tokoh mereka ihwal mencanci-maki sahabat serta Abu Bakar Ra., Aisyah Ra., serta Umar bin Khatthab, ia melaporkan, "Mereka bukan representasi kami."
Jika Anda telaah buku-buku Syiah klasik maka Anda tak mau menemukannya. Mungkin Anda temukan kecenderungan sebagian demikian, tetapi mayoritas Syiah menghormati sahabat Rasulullah Saw. Sebagian kecil ulama menganggap mencaci-maki sahabat berarti keluar dari Islam, tetapi alokasi kami al-Azhar tak. Cacian terhadap sahabat bentuk kesesatan, maksiat, serta berdosa namun tak serta merta keluar dari Islam. Kita tak bisa kafirkan mereka.
Bagaimana? Sunni serta Syiah sebanding sama-sama sayap Islam. Tentu kita bicarakan Syiah yang moderat, ada Imamiyah, Zaidiyyah, yang menyandang kedekatan oleh Sunni, tetapi ada sekte menyimpang serta sesat yang mengangkat isu "tasyayyu’" yang risalah selain mau Muhammad Saw. Mereka itu, seperti ane katakan, menyalahi apa yang konstan intern agama serta bisa dinyatakan keluar Islam.
Tetapi, sesunguhnya, sebagian perbedaan kita oleh saudara Syiah kita, sebanding perbedaan nonprinsipil (furu’), kecuali intern soal imam. Syiah percaya imam selaku bagian pokok agama, sedangkan kita, Sunni soal itu juga nonprinsipil. Isu imamah juga tak membuat Syiah serta merta keluar Islam. Kitab as-Sayyid Ali al-Amin cukup bagus mendudukkan hakikat imamah tersebut. Yang dimaksud imamah Ali bin Thalib sebanding intern hal spiritualitas serta ketakwaan bukan bermakna kekuasaan fisik. Kekuasaan seperti itu Ali bin Abi Thalib juga tak mengingingkannya. Pemikiran ini berupaya mendekatkan jeda Sunni serta Syiah."
2. Apresiasi Kerja MUI Menyatukan Ormas
"Saya tahu, kalau Indonesia, negara Muslim terbesar, sebanding pionir mewujudkan mimpi yang sulit serta berat kita capai, yaitu persatuan ulama oleh berbagai madzhab serta aliran mereka intern organisasi serta wadah satu, saling berpapasan serta bermusyawarah sepakat pada satu pendapat yang disampaikan ke masyarakat. Ini sebanding tantangan utama kita, yaitu perbedaan jeda ulama.
Perbedaan itu, kerap mereka bawa turun ke jalan serta berlakukan ke publik awam, maka muncullah perselisihan. Saya memahami, organisasi ini, menghimpun organisasi-organisasi oleh latarbelakang madzhab, bahkan akidah yang berbeda. Tetapi Alhamdulillah, alhasil kalian bersepakat pada satu atau dua pendapat, serta pendapat yang satu memberikan ruang alokasi pendapat lain serta tak saling mencederai.
Inilah yang kita coba bangun pula, tentu, di luar Indonesia. Dan Alhamdulillah, ini sudah terealisasi di Indonesia lewat MUI. Saya apresiasi MUI serta kemampuan mengelola perbedaan intern koridor yang diperolehkan syar’i. Ini yang selaku impian ane mau membuat forum yang menyatukan Sufi, Wahabi, Hanbali, serta Syafi’i serta aliran-aliran lain intern satu wadah. Dan ini belum tercapai sampai kini di kami."
3. Persatuan Umat Dimulai dari Ulama
"Saya percaya, selama ulama tak bersatu terlebih dahulu, maka tak ada harapan. Anda selaku ulama hendak menebarkan perdamaian, tengah Anda sendiri tak berdamai oleh sesama ulama, maka seperti kata pepatah “Faqidus sya’i la yu’thihi” (Orang kehilangan tak bisa memberi). Masalahnya, perbedaan ini berubah selaku perselisihan yang rigid akibat fanatisme madzhab atau pemikiran tertentu serta mengklaim madzhab lain tak benar.
Namun sayangnya, di balik gencarnya madzhab tersebut ada dukungan materiil serta spirituil, yang lantas disebarluaskan di jalan alih-alih menilai perbedaan justru malah memecah belah umat. Muncullah fenomena pembid'ahan serta pengkafiran yang luar biasa rentan oleh menghalalkan darah. Solusinya sebanding kembali ke khazanah klasik bagaimana menyikapi perbedaan.
Umar bin Abdul Aziz pernah melaporkan, bahwa ia luar biasa senang jika para sahabat tak berselisih pendapat, tetapi fakta berkata lain. Dengan perbedaan itu justru, banyak opsi-opsi kemudahan dibandingkan oleh satu opsi pendapat saja. Silakan saja Anda memilih satu madzhab tetapi jangan anggap pendapat Anda saja yang benar tengah orang lain salah."
4. Ingatlah, Musuh Menginginkan Kita Tercerai-Berai
"Dan ingat, perselisihan jeda keduanya, Sunni-Syiah inilah yang dihembuskan oleh musuh Islam mau memporak-porandakan umat. Seperti saat ini yang terjadi di Suriah tak ada justifikasi meletusnya konflik tersebut, kecuali membenturkan Sunni-Syiah,p. Lihat pula Irak yang kacau-balau untuk dasar apa? Konflik Sunni-Syiah.
Perhatikan pula Yaman. Kita sadar betul perihal peta konflik ini, karena itu sejak awal kita kampanyekan Sunni serta Syiah bersaudara serta memang kita intinya bersaudara. Konflik tersebut mau terus dihembuskan, karena memang mereka musuh Islam tak meninginkan kita bersatu."
5. Berhati-hatilah Jangan Mudah Mengafirkan Sesama Muslim
"Soal taqrib memang yang menginisiasi al-Azhar oleh Syaikh Syalthut serta sejumlah cendekiawan lainnya. Al-Azhar menegaskan, sebagaimana madzhab Asy’ari, kita tak mau mengkafirkan siapapun dari golongan orang beriman.
Perbuatan maksiat yang diperbuat sebanding soal lain. Berhati-hatilah mau tak mengkafirkan. Otoritas ini hanya milik ulama, jangan biarkan orang awam bebas menebarkannya. Jika misalnya ada 99% kemungkinan kufur serta 1% kemungkinan tetap Muslim, tetap berhati-hatilah. Inilah jalan al-Azhar.
Makanya, tiap Ramadhan kita punya satu program yang melibatkan Sunni serta Syiah dari berbagai kawasan, juga Suriah serta Irak, silakan sampaikan pernyataan mau tak saling membunuh satu sama lain, karena Sunni serta Syiah sesama Muslim.
Jangan kafirkan orang kecuali yang mengingkari al-Quran serta mengingkari perkara yang mendasar intern agama. Muslim yang melaporkan zina atau khamar halal, bisa keluar agama. Tetapi Muslim yang percaya zina serta khamar haram tetapi melakukannya, ia tetap Muslim." (Sumber: muslimoderat.com).
Source Article and Picture : www.wartaislami.com
Komentar
Posting Komentar