[KH Maimoen Zubair] Bekerjalah, Jangan Menganggur. Kamu mesti sering belajar kepada mendapatkan banyak pengetahuan. Disini mau berbagi kepada kalian yang suka sama kabar terkini, semoga bisa menjadikan kamu mendapatkan pilihan terpilih internal membaca share terbaru.
يَا أَيُّهاا لَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ (9) فَإِذَا قُضِيَتِ
الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (10) وَإِذَا رَأَوْا تِجَارَةً أَوْ لَهْوًا انْفَضُّوا إِلَيْهَا وَتَرَكُوكَ قَائِمًا قُلْ مَا عِنْدَ اللَّهِ خَيْرٌ مِنَ اللَّهْوِ وَمِنَ التِّجَارَةِ وَاللَّهُ خَيْرُ الرَّازِقِينَ (11 )
"Hai orang-orang beriman, apabila diseru kepada menunaikan salat Jumat, Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah serta tinggalkanlah jual beli. yang demikian itu bertambah baik bagimu jika kamu mengenal. Apabila telah ditunaikan salat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; serta carilah karunia Allah serta ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar kepada menuju kepadanya serta mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhatbah). Katakanlah: "Apa yang di sisi Allah bertambah baik daripada permainan serta perniagaan", serta Allah Sebaik-baik pemberi rezki."(QS. Al-Jumuah : 9-11).
Hari Jumat merupakan hari besarnya umat Islam. Di hari itu, Allah mewajibkan hamba-Nya yang beriman kepada menjalankan ibadah salat Jumat. Mereka dianjurkan kepada bergegas menuju masjid kepada menjalankan ritual ibadah Jumat. Akan tetapi, janganlah tergesa-gesa. Kerjakanlah ibadah Jumat sama tenang sama mengaharap rida Allah Swt. Semakin jauh jarak seseorang internal menempuh perjalanan menuju masjid, maka semakin besar pula pahala yang hendak didapatkan internal memperoleh keutamaan Jumat. Hal ini sesuai sama usaha yang ia kerjakan. Biasanya orang yang datang menuju masjid itu disesuaikan sama keadaannya.
Di internal ritual Jumatan itu ada dua ibadah. Pertama berupa salat serta yang kedua berupa khutbah. Mulanya khutbah Jumat itu dikerjakan selepas mengerjakan salat Jumat. Akan tetapi, kemudian dipindah sebelum salat Jumat. Khutbah Jumat ini bagaikan gantinya salat Jumat. Makanya ada sebagian pendapat yang melaporkan bahwa khutbah Jumat ini mesti menggunakan bahasa Arab karena salat itu menggunakan bahasa Arab. Selain itu, khutbah Jumat ini hendaknya berisi ilmu agama bukan ilmu umum.
Khutbah Jumat itu juga bisa disebut sama zikir karena mengandung banyak zikir. Terlebih ilmu yang terkandung di dalamnya. Karena ilmu itu sendiri merupakan zikir. Allah berfirman;
فَاسْأَلُواْ أَهْلَ الذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ (43)
"Maka bertanyalah kepada orang yang mengantongi pengetahuan jika kamu kagak mengenal." (QS. An-Nahl : 43).
Salat juga bisa disebut sama zikir. Bahkan salat betul pokok dari pada zikir. Tidak seperti sebagian orang yang melaporkan bahwa kepada sampai kepada Allah mesti lewat suatu Tarekat yang di dalamnya banyak bacaan zikir. Allah berfirman;
أَقِمِ الصلاة لِذِكْرِي [ طه : 14 ]
"Dirikanlah salat kepada mengingat aku." (QS. Thaha : 14)
Tatkala salat Jumat sudah usai dikerjakan, seseorang boleh langsung bergegas menuju pekerjaannya lagi. Mereka kagak usah membaca wirid. Hal yang semacam ini bahkan bisa selaku wajib jatah mereka yang membutuhkan, seperti para pekerja pabrik yang jadwalnya sudah diatur oleh majikannya. Jika mereka berzikir dikawatirkan hendak ketinggalan internal pekerjaannya. Mereka betul orang-orang yang mengantongi uzur. Akan
tetapi, jatah yang kagak mengantongi uzur hendaknya mereka membaca zikir sebagaimana yang diajarkan oleh syariat Islam. Dan kalau bisa, mereka juga mengerjakan salat Qobliyah serta Ba’diyah.
Bekerja mencari rizki Allah yang beretebaran di muka bumi ini betul suatu kuwajiban yang mesti dijalankan jatah manusia. Islam menyuruh umatnya kepada mencari rizki Allah serta kagak boleh berpangku tangan serta duduk-duduk manis mengaharapkan rizki datang sendiri.
Seseorang mesti mengantongi kesibukan yang ada manfaatnya. Jangan sampai menganggur. Sebab, pengangguran itu hanya hendak menjadikan kerusakan. Kerusakan juga ditimbulkan oleh orang yang kagak mengantongi cita-cita yang luhur. Kedua permasalahan ini jika dibiarkan hendak merusak tatanan negara yang sudah terbangun rapi.
Islam yang datang ke suatu daerah atau negara itu membawa suatu kemakmuran. Namun, Islam yang datang di negara Indonesia ini terutama pulau Jawa itu abnormal. Kemakmuaran umat Islam belum dicapai sepenuhnya. Masih banyak orang yang tirakatan. Tirakat ini disebabkan karena penyebar agama Islam di Jawa juga tirakatan. Mereka bertirakat sebab mesti mengahadapi orang Hindu-Budha yang ahli tirakat serta mengantongi ilmu yang sakti mandraguna. Dari keadaan ini, mengahruskan Wali Songo serta penyebar agama Islam di Jawa mesti bertirakat. Seperti tirakatnya Nabi Musa As selama 40 hari.
Islam datang menyuruh umatnya kepada berzikir serta bekerja. Berzikir bertalian sama masalah akhirat serta bekerja berhubungan sama masalah dunia.
Jika ingin maju internal masalah dunia, maka hendaknya dunia tadi dihiasi sama hiburan serta permainan seperti peristiwa yang terjadi pada masa Rasulullah Saw. Peristiwa itu terjadi ketika Rasulullah Saw sedang membacakan khutbah Jumat di masjid Madinah. Pada saat itu, ada rombongan datang sama membawa dagangannya yang diiringi sama lahwunnya. Sehingga, para sahabat Nabi Muhammad Saw banyak yang keluar dari masjid kepada ikut mengerumuni rombongan dagang tadi. Semuanya keluar kecuali dua belas sahabat yang masih setia mengindahkan khutbah yang dibacakan oleh Rasulullah Saw.
Rayuan dunia memanglah seperti itu. Terkadang saking sulitnya mencari dunia, ada sebagian orang yang siang-malam waktunya hanya kepada bekerja mencari dunia. Padahal mereka masih saja kekurangan internal urusan dunia. Berbeda sama wali-wali Allah yang selalu berzikir mengingat Allah. Justru dunia telah mendatangi mereka. Secara Hakikat dunia itulah yang mesti mendatangi kita, namun secara Syariat kita yang mesti mencari dunia tersebut.
Rizki yang mendatangi kekasih-kekasih Allah yang didatangkan dari surga itu kagak membuat orang mengeluarkan kentut serta buang hajat. Hal ini berbeda sama rizki yang diambil dari dunia. Rizki dari surga seperti yang telah diberikan Allah kepada Maryam binti Imran, Imam as-Syadzili serta Imam al-Ghazali.
Baca Juga : [KH Maimoen Zubair] Tips Agar Keluarga Berkah serta Mudah Rezeki
Rizki Allah selalu ditebarkan di muka bumi ini. Semua makhluk mendapat rizki yang telah dijanjikan Allah. Hal ini kagak menafikan ikhtiyar manusia internal mencari rizki. Terlebih orang yang bertaqwa yang rizkinya telah dicukupi Allah. Hewan saja mendapatakn rizki dari Allah, apalagi manusia tentunya bertambah dari itu. Allah Swt berfirman;
وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا
"Dan kagak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya." (QS. Huud : 6).
Umat Islam mesti mengulurkan tangannya kepada membantu rizki saudaranya yang masih kekurangan. Hal ini sejalan sama apa yang telah diperintahkan Rasulullah Saw yang menyuruh sahabatnya yang kecukupan kepada membantu sahabatnya yang masih internal kekurangan.
Sarang, 30 Desember 2012(ppalanwar.com)
Catatan : Artikel ini disarikan dari pengajian tafsir Syaikhina Maimoen Zubair pada 27 Mei 2012 sama kajian Tafsir surat Al-Jumuah ayat 9-11. via muslimoderat
Source Article and Picture : www.wartaislami.com
يَا أَيُّهاا لَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ (9) فَإِذَا قُضِيَتِ
الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (10) وَإِذَا رَأَوْا تِجَارَةً أَوْ لَهْوًا انْفَضُّوا إِلَيْهَا وَتَرَكُوكَ قَائِمًا قُلْ مَا عِنْدَ اللَّهِ خَيْرٌ مِنَ اللَّهْوِ وَمِنَ التِّجَارَةِ وَاللَّهُ خَيْرُ الرَّازِقِينَ (11 )
"Hai orang-orang beriman, apabila diseru kepada menunaikan salat Jumat, Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah serta tinggalkanlah jual beli. yang demikian itu bertambah baik bagimu jika kamu mengenal. Apabila telah ditunaikan salat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; serta carilah karunia Allah serta ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar kepada menuju kepadanya serta mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhatbah). Katakanlah: "Apa yang di sisi Allah bertambah baik daripada permainan serta perniagaan", serta Allah Sebaik-baik pemberi rezki."(QS. Al-Jumuah : 9-11).
Hari Jumat merupakan hari besarnya umat Islam. Di hari itu, Allah mewajibkan hamba-Nya yang beriman kepada menjalankan ibadah salat Jumat. Mereka dianjurkan kepada bergegas menuju masjid kepada menjalankan ritual ibadah Jumat. Akan tetapi, janganlah tergesa-gesa. Kerjakanlah ibadah Jumat sama tenang sama mengaharap rida Allah Swt. Semakin jauh jarak seseorang internal menempuh perjalanan menuju masjid, maka semakin besar pula pahala yang hendak didapatkan internal memperoleh keutamaan Jumat. Hal ini sesuai sama usaha yang ia kerjakan. Biasanya orang yang datang menuju masjid itu disesuaikan sama keadaannya.
Di internal ritual Jumatan itu ada dua ibadah. Pertama berupa salat serta yang kedua berupa khutbah. Mulanya khutbah Jumat itu dikerjakan selepas mengerjakan salat Jumat. Akan tetapi, kemudian dipindah sebelum salat Jumat. Khutbah Jumat ini bagaikan gantinya salat Jumat. Makanya ada sebagian pendapat yang melaporkan bahwa khutbah Jumat ini mesti menggunakan bahasa Arab karena salat itu menggunakan bahasa Arab. Selain itu, khutbah Jumat ini hendaknya berisi ilmu agama bukan ilmu umum.
Khutbah Jumat itu juga bisa disebut sama zikir karena mengandung banyak zikir. Terlebih ilmu yang terkandung di dalamnya. Karena ilmu itu sendiri merupakan zikir. Allah berfirman;
فَاسْأَلُواْ أَهْلَ الذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ (43)
"Maka bertanyalah kepada orang yang mengantongi pengetahuan jika kamu kagak mengenal." (QS. An-Nahl : 43).
Salat juga bisa disebut sama zikir. Bahkan salat betul pokok dari pada zikir. Tidak seperti sebagian orang yang melaporkan bahwa kepada sampai kepada Allah mesti lewat suatu Tarekat yang di dalamnya banyak bacaan zikir. Allah berfirman;
أَقِمِ الصلاة لِذِكْرِي [ طه : 14 ]
"Dirikanlah salat kepada mengingat aku." (QS. Thaha : 14)
Tatkala salat Jumat sudah usai dikerjakan, seseorang boleh langsung bergegas menuju pekerjaannya lagi. Mereka kagak usah membaca wirid. Hal yang semacam ini bahkan bisa selaku wajib jatah mereka yang membutuhkan, seperti para pekerja pabrik yang jadwalnya sudah diatur oleh majikannya. Jika mereka berzikir dikawatirkan hendak ketinggalan internal pekerjaannya. Mereka betul orang-orang yang mengantongi uzur. Akan
tetapi, jatah yang kagak mengantongi uzur hendaknya mereka membaca zikir sebagaimana yang diajarkan oleh syariat Islam. Dan kalau bisa, mereka juga mengerjakan salat Qobliyah serta Ba’diyah.
Bekerja mencari rizki Allah yang beretebaran di muka bumi ini betul suatu kuwajiban yang mesti dijalankan jatah manusia. Islam menyuruh umatnya kepada mencari rizki Allah serta kagak boleh berpangku tangan serta duduk-duduk manis mengaharapkan rizki datang sendiri.
Seseorang mesti mengantongi kesibukan yang ada manfaatnya. Jangan sampai menganggur. Sebab, pengangguran itu hanya hendak menjadikan kerusakan. Kerusakan juga ditimbulkan oleh orang yang kagak mengantongi cita-cita yang luhur. Kedua permasalahan ini jika dibiarkan hendak merusak tatanan negara yang sudah terbangun rapi.
Islam yang datang ke suatu daerah atau negara itu membawa suatu kemakmuran. Namun, Islam yang datang di negara Indonesia ini terutama pulau Jawa itu abnormal. Kemakmuaran umat Islam belum dicapai sepenuhnya. Masih banyak orang yang tirakatan. Tirakat ini disebabkan karena penyebar agama Islam di Jawa juga tirakatan. Mereka bertirakat sebab mesti mengahadapi orang Hindu-Budha yang ahli tirakat serta mengantongi ilmu yang sakti mandraguna. Dari keadaan ini, mengahruskan Wali Songo serta penyebar agama Islam di Jawa mesti bertirakat. Seperti tirakatnya Nabi Musa As selama 40 hari.
Islam datang menyuruh umatnya kepada berzikir serta bekerja. Berzikir bertalian sama masalah akhirat serta bekerja berhubungan sama masalah dunia.
Jika ingin maju internal masalah dunia, maka hendaknya dunia tadi dihiasi sama hiburan serta permainan seperti peristiwa yang terjadi pada masa Rasulullah Saw. Peristiwa itu terjadi ketika Rasulullah Saw sedang membacakan khutbah Jumat di masjid Madinah. Pada saat itu, ada rombongan datang sama membawa dagangannya yang diiringi sama lahwunnya. Sehingga, para sahabat Nabi Muhammad Saw banyak yang keluar dari masjid kepada ikut mengerumuni rombongan dagang tadi. Semuanya keluar kecuali dua belas sahabat yang masih setia mengindahkan khutbah yang dibacakan oleh Rasulullah Saw.
Rayuan dunia memanglah seperti itu. Terkadang saking sulitnya mencari dunia, ada sebagian orang yang siang-malam waktunya hanya kepada bekerja mencari dunia. Padahal mereka masih saja kekurangan internal urusan dunia. Berbeda sama wali-wali Allah yang selalu berzikir mengingat Allah. Justru dunia telah mendatangi mereka. Secara Hakikat dunia itulah yang mesti mendatangi kita, namun secara Syariat kita yang mesti mencari dunia tersebut.
Rizki yang mendatangi kekasih-kekasih Allah yang didatangkan dari surga itu kagak membuat orang mengeluarkan kentut serta buang hajat. Hal ini berbeda sama rizki yang diambil dari dunia. Rizki dari surga seperti yang telah diberikan Allah kepada Maryam binti Imran, Imam as-Syadzili serta Imam al-Ghazali.
Baca Juga : [KH Maimoen Zubair] Tips Agar Keluarga Berkah serta Mudah Rezeki
Rizki Allah selalu ditebarkan di muka bumi ini. Semua makhluk mendapat rizki yang telah dijanjikan Allah. Hal ini kagak menafikan ikhtiyar manusia internal mencari rizki. Terlebih orang yang bertaqwa yang rizkinya telah dicukupi Allah. Hewan saja mendapatakn rizki dari Allah, apalagi manusia tentunya bertambah dari itu. Allah Swt berfirman;
وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا
"Dan kagak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya." (QS. Huud : 6).
Umat Islam mesti mengulurkan tangannya kepada membantu rizki saudaranya yang masih kekurangan. Hal ini sejalan sama apa yang telah diperintahkan Rasulullah Saw yang menyuruh sahabatnya yang kecukupan kepada membantu sahabatnya yang masih internal kekurangan.
Sarang, 30 Desember 2012(ppalanwar.com)
Catatan : Artikel ini disarikan dari pengajian tafsir Syaikhina Maimoen Zubair pada 27 Mei 2012 sama kajian Tafsir surat Al-Jumuah ayat 9-11. via muslimoderat
Source Article and Picture : www.wartaislami.com
Komentar
Posting Komentar