Sejarah Peringatan Maulid Nabi. Kamu wajib sering belajar mau mendapatkan banyak pengetahuan. Disini mau berbagi kepada kalian yang suka pada keterangan terkini, semoga bisa menjadikan kamu mendapatkan pilihan terpilih internal membaca share terbaru.
Memperingati hari lahir Nabi Muhammad SAW atau biasa disebut naik Maulid Nabi telah selaku semacam tradisi porsi umat Islam di berbagai belahan dunia, tak terkecuali Indonesia. Peringatan Maulid Nabi pada 12 Rabiul Awal selaku momen mau membangkitkan serta menjaga semangat Nabi internal diri umat.
Kendati telah selaku semacam tradisi, memang masih terjadi silang pendapat berkenaan kapan sebenarnya Maulid Nabi sejak diperingati umat Islam. Jika ditelusuri internal kitab tarikh (sejarah), perayaan Maulid Nabi enggak ditemukan pada masa sahabat, tabiin, sampai tabiit tabiin, serta empat imam mazhab (Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafii, serta Imam Ahmad).
Mereka sepatutnya orang-orang yang amat mencintai serta mengagungkan Nabi Muhammad SAW. Mereka pula kalangan yang paling bersemangat serta menghayati setiap ajaran-ajaran yang diwariskan olehnya.
Beberapa kalangan berpendapat bahwa Maulid Nabi pertama kali muncul pada zaman Shalahuddin al-Ayyubi (1193 M). Shalahuddin disebut menganjurkan umatnya mau melaksanaan perayaan Maulid Nabi guna membangkitkan semangat jihad kaum Muslim. Kala itu, Shalahuddin serta umat Islam memang berada internal fase berperang melawan pasukan atau tentara Salib.
Kendati demikian, pendapat tersebut juga masih diperdebatkan. Mereka yang menolak bahwa Shalahuddin naik pelopor maulid beralasan, enggak ditemukan catatan sejarah yang menerangkan perihal Shalahuddin menjadikan Maulid Nabi naik bagian dari perjuangannya internal Perang Salib.
Menurut sebagian pakar sejarah Islam, peringatan serta perayaan Maulid Nabi dipelopori oleh Dinasti Ubadiyyun atau disebut juga Fatimiyah (silsilah keturunannya disandarkan pada Fatimah). Al Maqrizi, salah satu tokoh sejarah Islam menceritakan, para khilafah Fatimiyah memang menyandang banyak perayaan sepanjang tahun.
Antara lain perayaan tahun , hari Asyura, Maulid (hari kelahiran) Nabi, maulid Ali bin Ali Thalib, maulid Hasan serta Husain, maulid Fatimah al Zahra, perayaan malam pertama bulan Rajab, perayaan malam pertama bulan Syaban, perayaan malam pertama Ramadan, perayaan Idul Fitri serta Idul Adha, perayaan malam Al Kholij, perayaan hari Nauruz (tahun Persia), serta lainnya. (Al Mawa’izh wal I’tibar bi Dzikril Khutoti wal Atsar, 1/490. Dinukil dari Al Maulid, hal. 20 serta Al Bida’ Al Hawliyah, hal. 145-146)
Asy Syekh Bakhit Al Muti’iy, seorang mufti dari Mesir, internal kitabnya Ahsanul Kalam (hal.44) juga menyebut, yang pertama kali membikin enam perayaan maulid, salah satunya sepatutnya Maulid Nabi sepatutnya Al Mu’izh Lidnillah (keturunan Ubaidillah dari Dinasti Fatimiyah) pada 362 Hijriah.
Selain mereka, internal sebagian buku sejarah juga disebutkan bahwa Dinasti Fatimiyah memang yang menginisiasi perayaan Maulid Nabi. Perlu diketahui sebelumnya, pemerintahan Fatimiyah berdiri pada 909 Masehi di Tunisia. Enam dekade kemudian, mereka memindahkan pusat kekuasaan ke Kairo, Mesir. Dua tahun sehabis masuknya Shalahuddin al-Ayubbi ke Mesir, yakni kadar tahun 1171, Dinasti Fatimiyah runtuh.
Adanya perayaan Maulid Nabi oleh Dinasti Fatimiyah disebutkan jarak lain oleh dua sejarawan serta ilmuwan pada masa Dinasti Mamluk, sebagian zaman sehabis masa hidup Shalahuddin. Salah satu sejarawan tersebut sepatutnya yang telah disebutkan sebelumnya, yakni al-Maqrizi (1442) serta al-Qalqashandi (1418).
Al-Qalqashandi menyebutkan berkenaan perayaan Maulid Nabi oleh Dinasti Fatimiyah secara ringkas internal kitab Subh al-A’sya jilid III (1914: 502-3). Perayaan itu dilakukan pada tanggal 12 Rabiul Awwal, dipimpin oleh Khalifah Fatimiyah serta dihadiri oleh para pembesar kerajaan seperti Qadhi al-Qudhat, Da’i al-Du’at, serta para pembesar kota Kairo serta Mesir. Acara tersebut diterangkan dibuka pada pembacaan ayat suci Alquran serta khutbah oleh tiga penceramah.
Kendati terdapat sumber referensi yang menyebutkan bahwa Dinasti Fatimiyah yang pertama kali menghelat Maulid Nabi, tetapi hal tersebut juga masih diperdebatkan. Sebab, Ibn Jubair ketika melakukan perjalanan hajinya menggunakan Mesir pada tahun 1183, enggak menyebutkan ada kebiasaan maulid di sana.
Saat itu sudah dua belas tahun sejak runtuhnya Dinasti Fatimiyah serta Mesir telah diperintah oleh Shalahuddin. Pada Rabiul Awwal tahun itu, Ibn Jubair (w. 1217) masih belum menyeberang dari Mesir menuju Jeddah. Jika kebiasaan maulid di Mesir merupakan kebiasaan yang populer di tengah masyarakat sejak masa Fatimiyah, serta kemudian bersambung pada masa Shalahuddin, rasanya kecil kemungkinan hal ini mau terlewat dari pengamatan Ibn Jubair mau kemudian ia tuangkan di internal buku perjalanannya (The Travels of Ibn Jubayr/ Rihla).
Sumber : metroislam.com
Source Article and Picture : www.wartaislami.com
Memperingati hari lahir Nabi Muhammad SAW atau biasa disebut naik Maulid Nabi telah selaku semacam tradisi porsi umat Islam di berbagai belahan dunia, tak terkecuali Indonesia. Peringatan Maulid Nabi pada 12 Rabiul Awal selaku momen mau membangkitkan serta menjaga semangat Nabi internal diri umat.
Kendati telah selaku semacam tradisi, memang masih terjadi silang pendapat berkenaan kapan sebenarnya Maulid Nabi sejak diperingati umat Islam. Jika ditelusuri internal kitab tarikh (sejarah), perayaan Maulid Nabi enggak ditemukan pada masa sahabat, tabiin, sampai tabiit tabiin, serta empat imam mazhab (Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafii, serta Imam Ahmad).
Mereka sepatutnya orang-orang yang amat mencintai serta mengagungkan Nabi Muhammad SAW. Mereka pula kalangan yang paling bersemangat serta menghayati setiap ajaran-ajaran yang diwariskan olehnya.
Beberapa kalangan berpendapat bahwa Maulid Nabi pertama kali muncul pada zaman Shalahuddin al-Ayyubi (1193 M). Shalahuddin disebut menganjurkan umatnya mau melaksanaan perayaan Maulid Nabi guna membangkitkan semangat jihad kaum Muslim. Kala itu, Shalahuddin serta umat Islam memang berada internal fase berperang melawan pasukan atau tentara Salib.
Kendati demikian, pendapat tersebut juga masih diperdebatkan. Mereka yang menolak bahwa Shalahuddin naik pelopor maulid beralasan, enggak ditemukan catatan sejarah yang menerangkan perihal Shalahuddin menjadikan Maulid Nabi naik bagian dari perjuangannya internal Perang Salib.
Menurut sebagian pakar sejarah Islam, peringatan serta perayaan Maulid Nabi dipelopori oleh Dinasti Ubadiyyun atau disebut juga Fatimiyah (silsilah keturunannya disandarkan pada Fatimah). Al Maqrizi, salah satu tokoh sejarah Islam menceritakan, para khilafah Fatimiyah memang menyandang banyak perayaan sepanjang tahun.
Antara lain perayaan tahun , hari Asyura, Maulid (hari kelahiran) Nabi, maulid Ali bin Ali Thalib, maulid Hasan serta Husain, maulid Fatimah al Zahra, perayaan malam pertama bulan Rajab, perayaan malam pertama bulan Syaban, perayaan malam pertama Ramadan, perayaan Idul Fitri serta Idul Adha, perayaan malam Al Kholij, perayaan hari Nauruz (tahun Persia), serta lainnya. (Al Mawa’izh wal I’tibar bi Dzikril Khutoti wal Atsar, 1/490. Dinukil dari Al Maulid, hal. 20 serta Al Bida’ Al Hawliyah, hal. 145-146)
Asy Syekh Bakhit Al Muti’iy, seorang mufti dari Mesir, internal kitabnya Ahsanul Kalam (hal.44) juga menyebut, yang pertama kali membikin enam perayaan maulid, salah satunya sepatutnya Maulid Nabi sepatutnya Al Mu’izh Lidnillah (keturunan Ubaidillah dari Dinasti Fatimiyah) pada 362 Hijriah.
Selain mereka, internal sebagian buku sejarah juga disebutkan bahwa Dinasti Fatimiyah memang yang menginisiasi perayaan Maulid Nabi. Perlu diketahui sebelumnya, pemerintahan Fatimiyah berdiri pada 909 Masehi di Tunisia. Enam dekade kemudian, mereka memindahkan pusat kekuasaan ke Kairo, Mesir. Dua tahun sehabis masuknya Shalahuddin al-Ayubbi ke Mesir, yakni kadar tahun 1171, Dinasti Fatimiyah runtuh.
Adanya perayaan Maulid Nabi oleh Dinasti Fatimiyah disebutkan jarak lain oleh dua sejarawan serta ilmuwan pada masa Dinasti Mamluk, sebagian zaman sehabis masa hidup Shalahuddin. Salah satu sejarawan tersebut sepatutnya yang telah disebutkan sebelumnya, yakni al-Maqrizi (1442) serta al-Qalqashandi (1418).
Al-Qalqashandi menyebutkan berkenaan perayaan Maulid Nabi oleh Dinasti Fatimiyah secara ringkas internal kitab Subh al-A’sya jilid III (1914: 502-3). Perayaan itu dilakukan pada tanggal 12 Rabiul Awwal, dipimpin oleh Khalifah Fatimiyah serta dihadiri oleh para pembesar kerajaan seperti Qadhi al-Qudhat, Da’i al-Du’at, serta para pembesar kota Kairo serta Mesir. Acara tersebut diterangkan dibuka pada pembacaan ayat suci Alquran serta khutbah oleh tiga penceramah.
Kendati terdapat sumber referensi yang menyebutkan bahwa Dinasti Fatimiyah yang pertama kali menghelat Maulid Nabi, tetapi hal tersebut juga masih diperdebatkan. Sebab, Ibn Jubair ketika melakukan perjalanan hajinya menggunakan Mesir pada tahun 1183, enggak menyebutkan ada kebiasaan maulid di sana.
Saat itu sudah dua belas tahun sejak runtuhnya Dinasti Fatimiyah serta Mesir telah diperintah oleh Shalahuddin. Pada Rabiul Awwal tahun itu, Ibn Jubair (w. 1217) masih belum menyeberang dari Mesir menuju Jeddah. Jika kebiasaan maulid di Mesir merupakan kebiasaan yang populer di tengah masyarakat sejak masa Fatimiyah, serta kemudian bersambung pada masa Shalahuddin, rasanya kecil kemungkinan hal ini mau terlewat dari pengamatan Ibn Jubair mau kemudian ia tuangkan di internal buku perjalanannya (The Travels of Ibn Jubayr/ Rihla).
Sumber : metroislam.com
Source Article and Picture : www.wartaislami.com
Komentar
Posting Komentar